setiap orang pasti punya yang namanya teman, entah itu teman sekolah,teman kos,teman kelas,bahkan teman dekat yang terkategori dan sering diberi julukan sahabat. definisi sahabat atau teman dekat itu sangat banyak bahkan bagiku setiap orang memiliki definisi tersendiri tentang sahabatnya. namun yang ku tafsirkan dari beribu pengalamanku bertemu orang-orang baru menurutku sahabat adalah orang yang tak peduli dengan siapa kau akan bahagia namun dia akan menjadi orang terdepan saat kau terjatuh. entah mengapa semenjakku menginjakkan kakiku ditanah perantauan aku sulit mendapatkan definisi itu, tak satupun orang yang ku temui memenuhi definisi sederhana yang ku buat untuk kriteria seorang sahabat. kurasa sulit karena banyak aspek yang harus disetarakan dengan ego yang sama-sama besar. awalnya aku mempunyai seorang sahabat yaa yang tergolong sangat dekat denganku, meski pada akhirnya cinta dan uang memberikan jarak yang cukup jauh diantara kami, entahlah aku sendiri tak tau harus bagaimana menyikapinya :'( terkadang aku bingung apakah caraku yang salah ? atau memang temanku yang berubah? ibuku pernah berkata ketika ditengah-tengah perjalanan pertemananmu ada sesuatu yang berubah dari nya (sahabatmu) itu bukan karena dia berubah atau sebagainya , namun topeng yang selama ini dia sembunyikan tengah terjatuh. maka pahamilah, itu tandanya dia tak sepenuhnya terbuka padamu.
MENURUT KALIAN APAKAH HARUS AKU LANJUTIN NIH CERPENNYA? KALAU EMANG MAU DILANJUTIN DAN KALIAN PENASARAN KOMEN YA GUYS hehe... aku pengen liat respon kalian gimana ? terimakasih :)
Tanta.com
Sabtu, 20 Januari 2018
Jumat, 08 September 2017
SENDU MERANGKUL NESTAPA
SENDU MERANGKUL NESTAPA
KARYA : VINA PANDUASA
Kalbu kini sendu
Malam terasa kelabu tak bercahaya
Merintih kesakitan yang dirasa
sang kalbu
Bahasa isyarat tak lagi terbaca
Kalbu kini buta
Kalbu kini tuli
Kalbu kini bisu
Kini kalbu berpagar masalalu
Dililit jeruji tajam kalimat manis berpenghujung pilu
Cinta yang harusnya dirasa
Kini hambar tak bermakna
Apa harus dikata
Jika pilu terus menyayat kalbu
Mereka melihat, lalu menarik panjang kerut mata
Tertawa tanpa tau pedih menyayat kalbu
Lelah kini menjajah jiwa
Letih kini
merajam sukma
Langkah kaki tak lagi terarah
Ketika rasa tak mampu lagi tuk ucap kata demi kata
Kini….
Bias rona kebahagiaan mulai sirna
Senyum tak lagi tampak pada raut wajah
Berselimut duka merangkul nestapa
Yang kini bergema didalam lara
Hamparan mega yang kian kelam
Menutup sinar sang rembulan
Sunyi
kini meraja didalam raga
Sejuknya kasturi tertelan api membara
Kini kita tak lagi saling bicara
Bertanggul ego tanpa jeda
Kini aku tak percaya lagi cinta
Ingin rasa detik waktu kujeda
Ingin rasa aku lupa segala
Namun…
Semua bak mitos yang terus bergema
Inginku kembalikan keadaan
Namun rasa tak mungkin bisa
Sekali kembali semua takkan sama lagi.
PESONA NEGERI PENYEJUK
PESONA NEGERI
PENYEJUK
Karya : Vina Panduasa
Gemuruh alam memanggil jiwa
Desitan angin membisik ditelinga
Mentari mulai tersenyum seiring angin merasuk dibadan
Burung-burung bernyanyi riang gembira
Sawah luas menghijau
Bukit biru menghimbau
Itulah tanahku
Tanah air indonesia
Pandang dan ratapi
Betapa indah negeri ini
Indah dipandang menyejukkan hati
Rasakan dan syukuri betapa agung sang pencipta
Bambu runcing senjata mematikan
Menggebuhkan semangat para pahlawan
Inilah negeriku
Inilah tanah airku
Tanah pusaka , tanah air tercinta
Alam
menjadi sahabat
Penjajah akan
terjajah
Perusak
akan tercampak
Keindahan
menjadi nafas
Potensi diri menjadi karakter bangsa
Potensi alam menjadi kebanggaan bangsa
Potensi semangat juang tetap dalam jiwa
Inilah negeriku
Inilah tumpah
darahku
Inilah tanah kelahiranku
Inilah tanah kebanggaanku
Tanah air
indonesia
TataSurya Kehidupan
Tatasurya Kehidupan
(Vina panduasa.B)
Kalian
adalah kuntu serpihan kelopak bunga
Kalian
mekar dan wangi ditaman hati ini
Kalian
adalah pelita,
Penumbuh secercah harap, saat malam menyergap paksa hari- hariku
Penumbuh secercah harap, saat malam menyergap paksa hari- hariku
Kalian
juga selimut
Kala
angin luar yang kejam menghecam tubuh ini
Kalian
datang dengan kehangatan
Bungaku..
Teramat ingin lemah jemari ini memercikan embum, demi layu agar menjauh darimu.
Pelitaku.
Teramat ingin lemah jemari ini memercikan embum, demi layu agar menjauh darimu.
Pelitaku.
Kau pancarkan sinar kehidupan yang nyata
Bukanfatamorgana
Diri ini bak daun terombang ambing tanpa adanya kalian
Angin tenggara bertiup dengan kencangnya dan meluluh-lantakan
apa saja yang ditemuinya
Bahkan sebatang pohon yang biasa menjadi tempat kita berlindung dari panas dan derasnya hujan, ikut tumbang bersama sapuannya
Bahkan sebatang pohon yang biasa menjadi tempat kita berlindung dari panas dan derasnya hujan, ikut tumbang bersama sapuannya
Terbersit perasaan
ingin untuk menggerakan lenganku
Dan
Merapatkan
jari demi jemari untuk meyelubungimu
Agar
pijarmu tak padam oleh kekejaman angin tenggara itu
Aku tak
ingin pijarm hilang
Aku tak
ingin sinarmu sirna
Aku tak
ingin cahaya penerang malam
Seketika mati karena
hencaman badai
Kalian bukan hanya pelita
Kalian adalah arah disaat mata tak bisa melihat dunia
Kalian adalah suara disaat telinga ini mulai tak bisa
mendengar hal nyata
Kalian adalah penenang disaat hati terbakar amarah
Kalian adalah tatasurya kehidupan
Yang dicipta tuhan tanpa celah
Terimakasih untuk segalanya
Wahai tatasurya penyinar dunia
AMARAH DALAM MISTERI
Amarah Dalam Misteri
(Vina Panduasa)
Angin berhembus saat jendela terbuka
Mentari mulai tersenyum seiring angin merasuk dibadan
Burung-burung bernyanyi riang gembira
Pohonpun ikut merebahkan tubuhnya dan menggugurkan daunnya
Pandang
dan ratapi
Betapa
indah negeri ini
Indah
dipandang menyejukkan hati
Rasakan
dan syukuri betapa agung sang pencipta
Tapi apakah kita sudah bersyukur?
Apakah kita telah melontarkan ucapan terimakasih?
TIDAK !
Apa yang kita lakukan?
Kita acuh! Kita tak mau peduli !
Kita hanya bisa mengundang gemuruh amarah alam
Hanya segelintir orang yang peduli
Dan yang lain……
Hanya mengacuhkan saja
Membiarkan oknum meraja lela…
Ini semua tidak adil !
Alam selalu melengkapi manusia
Namun manusia
hanya akan mengurangi populasi alam
Dimana balas budi manusia !
Apa peduli itu telah terselaput egois !
Entahlah …
Namun semua itu hanyalah misteri
Misteri yang akan terungkap melalui kesadaran diri
Langganan:
Postingan (Atom)